Jumat, 15 Oktober 2010

”Jadilah Teladan”

gr.abnerpanjaitan
 
Pada hari Minggu, tanggal 18 Maret, Tahun Emas 4 (2007), Center London tanpa diduga-duga menerima telepon dari Guru bertepatan dengan Hari Santo Patrick dan Hari Ibu di Inggris. Guru berkata, “Saya sangat bangga dengan kalian, saya berterima kasih kepada kalian, semoga semuanya berjalan dengan lancar di Hari Santo Patrick ini, demikian juga dalam kehidupan kalian sehari-hari! Beliau juga menjelaskan bahwa setiap orang seharusnya menjadi jurnalis untuk menyebarkan berita baik ke seluruh penjuru dunia. Kita seharusnya ikut berperan dalam jaringan ini sehingga kita dapat menciptakan energi positif yang berkelimpahan di planet ini. Jika kita bergabung bersama-sama, maka kita bisa menciptakan sebuah jaringan positif di bumi ini untuk meningkatkan semangat kemanusiaan dan menyelamatkan planet ini demi kepentingan generasi di masa mendatang." Mendengar suara dan kata-kata yang bijak dari Guru terkasih, membuat suasana di musim semi ini menjadi lebih indah. Kita harus berlatih rohani dan menjadi teladan yang cemerlang bagi dunia. Kita seharusnya tidak menyalahkan masyarakat yang kacau-balau atau menyalahkan orang lain karena berperilaku buruk. Malah sebaliknya, kita seharusnya menyalahkan diri kita sendiri karena gagal menjadi teladan yang cemerlang dan mulia. Jadi, pertama-tama kita harus mengolah diri kita terlebih dahulu, lalu orang lain akan mengikuti kita. Dalam surat Paulus di Roma 8.8 dikatakan;” Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah”(bnd Pil 3.21). Hasil berpadanan dengan Injil: TUHAN memberikan kemenangan bagi jemaat-Nya. Keselamatan (soteria) di teks ini bukanlah hidup kekal (karena jemaat Filipi sudah memilikinya), tetapi kemenangan dan kelepasan dari kesukaran / gangguan musuh Injil (Fil. 1:19). Keselamatan ini  hasil karya Tuhan sebagai jawaban atas  kesetiaan doa sehati mengandalkan pertolongan Roh Tuhan (lih. 1:19). Hal ini juga dilakukan Daud kepada Salomo; ”Lakukanlah kewajibanmu dengan setia terhadap Tuhan, dengan hidup menurut jalan yang diitunjukkanNya(1 Rajaraja 2.3)”. Daud ingin membentuk hidup Salomo menjadi teladan yang berguna bagi bangsanya dan juga bagi Tuhan dimana firman Tuhan menjadi penuntun sehingga berkat Tuhan akan setia menyertai hidupnya yang tidak berkesudahan (ay 4).

        Seks pranikah dulu merupakan perbuatan terlarang kini menurut hasil survey menjadi hal lumrah
dilakukan bahkan oleh anak remaja. Perbuatan aborsi merupakan perbuatan terkutuktetapi kini banyak 
sekali kasus aborsi terjadi, ada pula orangtua yang tega membuang jabangbayinya ketempat sampah.
Mereka yang ingin kaya melakukan korupsi, penipuan, pergi menemuiparanormal, dll. Benar-benar sungguh
mengerikan apa yang terjadi dewasa ini. Hati nuranimanusia seolah telah membeku, kasih terhadap
sesama seolah telah hilang dalam masyarakat. Bagaimana dengan kita sebagai anak Tuhan? Apakah kita menjadi terang dan garam bagi dunia atau malah turut andil dalam dosa dan pelanggaran? Tuhan menghendaki kita semua untuk menjadi teladanNya dan bukan sekedar beragama Kristen saja. Tidak cukup hanya rajin ke gereja sebab Tuhan mencari teladan hidup. Mulailah dengan diri Anda sendiri daripada menunggu orang lain melakukannya. Itulah sebabnya orang China berkata: Pertama-tama atur diri Anda sendiri dan keluarga Anda, sebelum berlanjut memerintah negara, dan membawa perdamaian ke seluruh dunia. Paulus mengatakan kepada Jemaat Pilipi dengan ajakan dengan tujuan lebih bermanfaat ”Ikutlah teladanku dan perhatikanlah merekay yang menjadi teladanmu”( Pil 3.17). Tujuan hidup orang Kristen menuru Rick Warren dalam bukunya “The Purpose Driven Life,” menje-laskan bahwa tujuan hidup orang Kristen jauh lebih besar dari pada prestasi pribadi, karir, ambisi, ketenangan pikiran, bahkan lebih besar dari sekadar tujuan keluarga. Lebih lanjut ia mengatakan “jika Anda ingin tahu mengapa Anda ditempatkan di planet ini, Anda harus memulainya dengan Allah, Anda dilahirkan oleh tujuan-Nya dan untuk tujuan-Nya.” Jika kita ingin mengetahui tujuan yang Allah tetapkan bagi manusia dan khususnya bagi orang Kristen, maka kita harus melihat apa yang Tuhan tuliskan di dalam Kitab SuciSejak awal penciptaan Allah mem-berikan mandat kepada manusia yaitu untuk memenuhi bumi dan untuk mengelola seluruh alam ciptaan-Nya (Kej 1: 27-28). Namun jauh daripada sekadar mendirikan pernikahan dan keluarga (beranak cucu) serta mengelola bumi, tentu ada tujuan yang lebih utama dari semua itu. Dengan kata lain bagi orang Kristen, pencapaian cita-cita, kedudukan atau kekuasaan, ke-kayaan atau kesuksesan bukanlah tujuan hidup yang utama, semua itu hanyalah alat untuk mencapai tujuan yang lebih utama (tertinggi). Pertanyaan pertama dalam Katekis-mus Westminster menanyakan “Apakah tujuan utama (tertinggi) manusia?” Jawaban-nya adalah “untuk memuliakan Allah dan menikmati Dia sela-manya.” Fokus dari ja-waban tersebut ada-lah memuliakan Allah, yang harus menjadi tu-juan utama dari semua aktivitas dan gerak hi-dup orang Kristen. Hal ini secara sederhana disimpulkan dalam 1 Kor. 10: 31,”Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, laku-kanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.” Tujuan puncak yang juga merupakan tujuan khusus Tuhan menciptakan manusia adalah supaya manusia dapat bersekutu dengan-Nya atau menikmati Tuhan. Dalam Lukas 8:39 dikatakan tentang nilai plus orang-orang percaya, yakni sebagai utusan-utusan Tuhan yang diutus-Nya untuk menyampaikan berita baik tentang pekerjaan Tuhan kepada orang lain supaya orang lain juga bisa menikmati hidup yang dianugerahkan Tuhan kepada mereka. Amin
Apakah yang dimaksud dengan makna hidup? Kenapa setiap manusia harus memiliki atau menyadari tentang makna hidupnya? Pertanyaan- pertanyaan seperti ini mungkin sering terlintas dalam benak kita tetapi tidak pernah kita pikirkan dengan sungguh-sungguh atau kalaupun kita pikirkan sering tidak/belum kita temukan jawabannya. Kalau ini terjadi pada orang Kristen maka hal ini sebenarnya cukup memprihatinkan dan menyedihkan karena sebagai seorang Kristen kita seharusnya memiliki hidup yang jauh lebih indah dari pada mereka yang ada di luar Kristus. Berapa banyak dari kita yang pernah memikirkan pertanyaan- pertanyaan seperti ini: "Untuk apa aku hidup? Untuk siapa aku hidup? Apakah tujuan hidupku?" Orang yang tidak memiliki makna dan tujuan hidup akan merasakan bahwa hidup ini hampa, karena makna dan tujuan hidup sangat mempengaruhi gairah hidup seseorang. Seseorang yang tidak mempunyai makna dan tujuan hidup tidak mungkin memiliki semangat untuk hidup. Menyaksikan Tuhan bekerja SECARA LANGSUNG bukanlah bagian dari orang-orang Kristen hari Minggu. Menyaksikan Allah bekerja SECARA LANGSUNG adalah bagi murid-murid Tuhan yang sepenuh hati, yang telah berhenti mengejar keinginan mereka sendiri dalam hidup ini supaya mereka bisa mengejar rencana Tuhan. MEREKA telah membayar harga (penyerahan penuh kepada Kristus dan kehendakNya); mereka menikmati hidup secara penuh; dan mereka bisa memandang diri sendiri, teman-teman mereka, dan Pencipta mereka tanpa ada penyesalan. Sudahkah Anda membayar harga? Apakah Anda bersedia? Jika demikian, Anda tidak akan pernah kehilangan makna atau tujuan hidup lagi.
Dalam ajaran Yesus pada Khotbah di Bukit Ia mengatakan Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."(Mat 5.16). Kata hendaklah ”terangmu bercahaya” dimana keberadaan orang yang percaya harus membawa suasana yang lingkungan yang kondusif, aman, tentram dan damai atau membawa keceriaan, kehangatan dan meyegarkan kehidupan yang ada disekitarnya. Saat ini dunia kita bukan hanya panas pengaruh dari global warning(pemanasan global) akan tetapi manusia saat ini mudah ”Marah’. Apa penyebabnya? Mungkin jika kita bertanya pada seseorang ada jawaban yang alasan! Manusia saat ini gampang emosi, dan akibatnya menghilangkan hak orang lain hingga menghilangkan nafaskan orang lain. Kita masih ingat dengan peristiwa pembunuhan sadis yang terjadi di negeri yang kita cintai. Menurut survei bahwa penghuni penjara tidak hanya orang yang Kita memiliki tanggung-jawab moral untuk menjadikan Hidup ini menjadi teladan. Rasul Paulus dalam suratnya kepada Timoteus ”Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu” (1 Tim 4.12). Artinya keteladan hidup adalah dua sisi uang yang tidak terpisahkan dari kehidupan orang beriman kepada Tuhan Yesus. Merupakan kemenangan yang sungguh luar biasa yang tidak dapat diperoleh dengan pikiran akan tetapi dengan kekuatan Roh Kudus. Kita harus bersyukur dengan kebaikan bagi setiap orang. Perintah/Amanat yang dikatakan Tuhan Yesus kepada murid-muridNya merupakan bagian misi dan peranan hidup yang dipilih Tuhan kepada kita untuk membawa injil keseluruh bumi; ”Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu”(Yoh 15.16). Dari perkataan supaya kamu pergi adalah sebagai bentuk bergeraknya hidup lebih luas di luar dunia yang belum mengenal berita Injil(Mat 28.19-20). Jadi perbuatan yang didorong iman percaya kepada Tuhan merupakan perbuatan yang mulia. 
Dengan penghayatan iman yang eksistensial sekaligus bersifat eskatologis tersebut, umat percaya akan dimampukan untuk selalu bersikap proaktif. Pola pikir mereka akan selalu memperoleh pencerahan Roh Kudus, sehingga mereka memiliki daya inisiatif dan hikmat untuk melakukan sesuatu yang berarti dan benar. Dengan demikian, mereka tidak pernah bingung atau panik saat menghadapi berbagai perubahan yang begitu cepat dan ketidakpastian yang mendera realita kehidupan ini. Mereka mengetahui dengan tepat apa yang harus mereka lakukan. Sebab hidup mereka digerakkan oleh nilai-nilai Kristus. Pola yang mereka miliki adalah pola Kerajaan Allah. Dengan demikian kehadiran dan peran mereka bertujuan untuk menegakkan pemerintahan Kerajaan Allah. Tentu saja kehadiran dan peran mereka tersebut tidak terelakkan akan berhadapan dan  berbenturan dengan kuasa dunia. Sebagaimana Yesus Kristus juga berhadapan dengan kuasa dunia yaitu arogansi kerajaan Romawi yang menjajah umat Israel dan pejabat Sanhedrin Yahudi, demikian pula kehidupan kita selaku umat percaya. Namun sejauh umat percaya berlaku setia dan konsisten mempermuliakan Kristus, maka pastilah kita akan menjadi para pemenang dalam mewujudkan kasih, keadilan dan Allah. Nilai hidup harus diukur dengan garis yang lebih mulia, yaitu kerja dan bukannya usia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar