Jumat, 01 Oktober 2010

Yang Mempunyai Kasih

gr.abnerpanjaitan
Mudah-mudahan ini adalah pendapat yang salah. Semakin tinggi kedudukan seseorang, semakin dikit kasihnya. Semakin seseorang diberkati, semakin pelit ia. Semakin rohani seseorang, semakin kurang kasihnya akan orang lain.
Dengan tingginya kedudukan, jabatan, posisi dan kuasa yang dipegang seseorang, ia terkesan lebih susah untuk ditemui, diajak berbicara. Kata-katanya sedikit, itupun hanya mendesis saja. Kasih dan perhatiannya kepada orang lain jadi kurang karena sekarang ia selalu ingin menjadi orang penting, yang diperhatikan dan menjadi obyek pembicaraan. Demikian juga, jika seseorang sudah diberkati berkelipahan, ia akan masuk ke dalam kelompok orang-orang yang selevel dengannya, pergaulannya sudah tidak lagi seperti dahulu. Ia sudah tidak lagi makan-makan nongkrong di pinggir jalan, pakaiannya sudah yang bermerk. Dan segala sesuatu, termaksud kasih dan perhatiannya  kepada orang lain, diukur dengan uang. Adakah semua itu akan mendatangkan keuntungan dan menambah kekayaannya ?
Di dalam renungan kita kali ini,Tuhan Yesus memberikan contoh nyata, bahwa ternya orang-orang rohani seperti Imam dan orang Lewi, yang diharapkan mempunyai kasih dan perhatian yang lebih besar kepada sesame mereka, ternyata tidak sama sekali. Sebaliknya, orang Samaria, yang dianggap orang kafir, najis, tidak mempunyai Kitab Suci yang lengkap, justrus mempunyai kasih dan perhatian kepada sesamanya. Apa yang salah dengan orang-orang yang rohani seperti halnya imam dan orang Lewi tersebut?
Pertama; mereka menganggap bahwa kerohanian adalah suatu jabatan yang sederajat paling tinggi. Mereka merasa berkelas, mempunyai kelebihan dari orang-orang lainnya. Hal ini membuat mereka menjadi sombong dan akhirnya memandang rendah orang-orang lain. Mereka tentu tidak akan turun tangan untuk menolong orang-orang yang di mata mereka adalah orang-orang yang rendahan, yang tidak berarti. Orang hanya menolong orang lain jika orang yang bersangkutan itu bernilai di mata mereka. Kita berharga di mata Tuhan, oleh karena itulah Ia datang menolong dan menyelamatkan kita.
Kedua : mereka tidak menyadari bahwa sebagai orang yang lebih rohani mereka sudah seharusnya memberikan teladan kepada orang-orang di sekitar mereka. Teladan harus diberikan oleh pemimpin terlebih dahulu dan bukan pemimpin yang hanya bisa menuntut orang lain untuk berbuat baik tetapi dirinya sendiri tidak melakukannya.
      Bagaimana dengan kehidupan kita ? apakah kita termaksud sebagai   orang-orang yang dinilai oleh orang-orang di sekitar kita ? Lalu bagaimana dengan kasih yang kita tunjukkan kepada sesame kita? Apakah kasih kita juga senyawa kerohanian kita? Menjadi manusia rohani mudah, tetapi sulit untuk menjadi manusia ilahi.Amin. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar