Senin, 13 September 2010

Luka baru dalam Tubuh Kristus

gr.abnerpanjaitan

Baik didunia umumnya maupun di Indonesia khusunya masyarakat manusia sedang mengalami perubahan dan gejolak yang pada satu pihak membuka harapan akan masa depan yang lebih baik, tetapi pada pihak lain melahirkan pula rasa kwatir akan kehancuran. Idiologi-idiologi yang masing-masing didukung oleh kekuatan politik, sosial, militer yang saling berhadapan. Dalam keinsafan akan kelemahannya di tengah-tengah kekuatan-kekuatan yang besar tadi, maka gereja baik di dunia umumnya maupun di Indonesia khususnya, perlu meninjau panggilannya di tengah-tengah dan terhadap masyarakat yang sedang bergolak dan berubah dengan cepat itu, dengan berpegang kepada "Iman, Pengharapan dan Kasih". Gereja di semua tempat dan di semua jaman taat terhadap Tuhan yang sama, akan tetapi terhubung dengan perubahan-perubahan dalam jaman kejaman dan dari tempat ketempat. 
Dengan demikian manusia sebagai "Tubuh Kristus" bertugas untuk melakukan humanisasi bagi dirinya dan bagi dunia, humanisasi yang bersifat kolektif yang memerlukan teman/sahabat untuk berkomunikasi. Perkembangan Ilmu dan Pengetahuan mau tidak mau membawa dampak positif atau negatif terhadap sistim sosial yang telah ada, bahkan memberikan pengaruh yang sangat menentukkan dalam kelestarian "Tubuh Kristus" itu sendiri. Perubahan yang dialami dipengerahu oleh Ilmu pengetahuan dan kekuatan mengakibatkan banyaknya sikap manusia yang memperlakukan seseorang yang dianggap lebih kecil (minoritas) tidak diberikan kebebasan dalam menjalan tanggungjawab dan juga haknya. Pada saat ini sudah banyak korban dan tindakan yang sporadis yang dilakukan kelompok dan orang tertentu melecehkan kekebasan dan hak secara totalitas sebagai warga negara dan lingkungan yang dia tempati. Nuasa SARA yang terjadi di bumi ini seakan-akan tidak memeliki akhitnya, PANCASILA sebagai Pemersatu Indonesia sedang diguncang oleh sikap dan tindakan yang anarkis dalam lingkungan sosial yang bermartabat. Usaha Teror yang terjadi juga menhantam keberadaan sikap nasionalime yang kian hari semakin terkikis. Teror yang menakutkan membuat luka baru dalam keberagaman umat manusia di dunia Indonesia yang kita cinta dan banggakan.
Usaha menciptakan ketakutan, kengerian dan kekejaman oleh seseorang atau kelompok seolah-olah menjadikan kelompok tertentu sebagai pamong dan kekuasaan yang berlebihan. Ketakutan inilah yang kini dirasakan banyak komunitas Kristiani. Nuasa Sara ini dianggap momok yang menakutkan oleh warga gereja di negeri ini, karna dianggap sangat diskriminatif.
Kekhawatiran inilah yang muncul dan dialami gereja HKBP Bekasi Pondok Timur pada akhir-akhir ini, terlebih pada hari Minggu yang 12 September 2010, dimana keberadaan atau eksistensi umat Kristen semakin "terpinggir" di Indonesia. Sebelumnya, di daerah Poso, Maluku dan Kalimantan pun pernah terjadi aksi teror yang begitu memilukan hati kita semua. Sejumlah warga gereja dan pendeta di bunuh, karna mempertahankan imanya atau karna tidak mau pindah agama. Teror ini semakin menjadi-jadi, karena aparat hukum terkesan membiarkannya, sehingga terjadilah pelanggaran hak azasi manusia (HAM) yang sungguh mengerikan. Era globalisasi yang betul-betul sebagai zaman yang penuh tantangan dan perubahan yang sangat cepat. Sebagai gereja yang hadir dan diutus ke dalam dunia, pada Sinode Godang tahun 2000 yang lalu HKBP mengambil thema "Berbuahlah seperti teladan yang kuberikan" Yoh 13.15.b. HKBP mengembangkan JATI DIRI HKBP sebagai Tubuh Kristus yaitu; Sebagai gereja yang hidup dan berpegang teguh kepada Firman Allah sebagai gereja yang punya tangan yang cukup panjang untuk menjangkau seluruh jemaatnya, sebagai gereja yang melakukan pelayanan yang holistik, Gereja HKBP yang kaya sebagai institusi dan sebagai tubuh Kristus. 
Terjadinya konflik horizontal bernuasa SARA yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dan kerugian materi yang tidak terhitung. Dalam peristiwa-peristiwa tersebut beberapa gedung gereja yang kita miliki, seperti di Sungai Bengkal, Sungai Rumbai, dan Mataram beserta rumah-rumah warga HKBP rusak dan dibakar. Dibeberapa daerah, seperti di Kalimatan dan Batam terjadi ketegangan dan pertentangan antar etnis; sedangkan di tempat-tempat lain terjadi tindak kekerasan. Kita juga masih ingat dengan teror bom yang sebahagian diarahkan ke rumah-rumah ibadah. Salah satu diantaranya di letakkan di gereja HKBP Jln.Jendral Sudirman Medan pada 28 Mei 2000, walaupun tidak sempat meledak. Kita sangat memprihatinkan terhadap pemboman di gereja GKPI Padangbulan pada hari dan tanggal yang sama, yang mengakibatkan banyaknya korban luka; demikian juga pemboman di persimpangan Jln. Syailendra dengan Jln.Mataram tidak jauh dari Pardede Hall di mana umat Kristiani sedang berhimpun dalam rangkah perayaan HUT-50 PGI pada 12 Nopember 2000 yang mengakibatkan beberapa luka dan seorang meninggal dunia. Semuannya itu harus dihadapi denga arif dan bijaksana di dalam kebersamaan dengan gereja-gereja tetangga dan bersama saudara-saudara kita yang berpikiran positif yang mencintai kedamaian, ketenangan dan rasa solidaritas. Di tengah hidup yang penuh dengan Teror sekalipun kita harus berupaya untuk optimis, dan mau pula hidup harmonis dengan sesama kita.
Sehubungan banyak teror ini berbentuk melukai hati di dalam tubuh Kristus yang tergolong bentuk anarkis itu harus mengingatkan kita pada ajaran Alkitab "Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, lakukanlah apa yang baik dengan semua orang" (Roma 12.17). Dan Janganlah kamu menuntut pembalasan, firman Tuhan (Roma 12.19). "Pisau agama sangat sensitif" kata SBY dalam pertemuan Menteri, Bupati dan Gubernur di Istina Presiden pada hari Selasa, 14 September 2010, dan Presiden menghimbau agar seluruh  lapisan masyarakat agar tenang dan menjernihkan hati dan mendamaikan hari. Tuhan turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan pada orang yang mengasihi Tuhan. Jamaan Tuhan dalam hati yang melakukan tindakan itulah yang menjawab kita untuk melakukan segala sesuatu yang kita ingin bersama. Luka baru yang baru terjadi dalam tubuh Kristus harus mematangkan, mendewasakan kita bahwa hidup mengikut Yesus harus memenangkan dengan "Kasih dan Doa". Luka yang baru saja terjadi dalam diri HKBP harus mengingatkan dalam diri harus berbuah dalam damai kasih Kristus, kita jangan terbahwa keinginan duniawi, jangan kita terbawah tindakan anarkis yang dapat membuat luka baru bagi diri kita dan orang yang disekitar kita."Tak ada pelaut yang ulung yang dilahirkan dari samudera yang tenang, tapi ia dilahirkan dari samudera yang penuh terpaan badai, gelombang dan topan". Kedewasaan iman diperoleh melalui proses yang kadang menyakitkan, tetapi buahnya manis. JBU. Syalom

Tidak ada komentar:

Posting Komentar